Akhir-akhir ini kecenderungan untuk menjadi pengusaha terasa meningkat ditandai dengan adanya berbagai pelatihan dan munculnya berbagai komunitas pengusaha yang menyediakan diri untuk mendorong dan melatih seseorang menjadi pengusaha. Salah satunya adalah dari dg-community.
Hal
ini merupakan perkembangan yang sangat menggembirakan. Semakin banyak
pengusaha, maka semakin banyak lapangan kerja yang tersedia dan semakin
banyak pengangguran yang bisa diserap. Saat ini pengangguran di
Indonesia telah mencapai angka 11 juta. Jika kita asumsikan setiap usaha
merekrut setidaknya 2 pegawai, maka jika tumbuh 1 juta pengusaha, akan
tersedia 2 juta lapangan kerja. Dengan adanya pengusaha, pemerintah akan
terbantu untuk menyediakan lapangan kerja. Kita tahu bahwa pemerintah
juga memiliki keterbatasan. Munculnya pengusaha akan sangat membantu
pemerintah.
Dengan
tersedianya lapangan kerja, maka daya beli masyarakat akan meningkat
dan pada akhirnya mengurangi angka kemiskinan. Saat ini kita masih
memiliki 40 juta rakyat miskin, sebuah jumlah yang sangat besar. Jika 1
pekerja menghidupi 1 istri dan 1 anak, maka setidaknya 3 juta orang
tertolong dengan hadirnya 1 pengusaha. Oleh karena itu, jumlah pengusaha
harus ditingkatkan lagi agar semakin banyak orang tertolong.
Pada
sisi lain, pengusaha juga merupakan penyumbang pajak bagi pemerintah.
Sebagaimana diketahui, APBN kita 70 % lebih dibiayai oleh pajak. Jika
jumlah pengusaha semakin banyak maka, jumlah penerimaan negara akan
makin meningkat dan lebih banyak yang bisa dilakukan pemerintah untuk
masyarakatnya.
Bagi
pengusaha sendiri, seperti yang saya rasakan, lebih banyak yang bisa
saya raih daripada saat dulu masih menjadi karyawan. Tulisan ini akan
membantu para pembaca yang ingin mengetahui bagaimana caranya menjadi pengusaha.
Pertama
yang harus dilakukan adalah mengatasi rasa takut menjadi pengusaha.
Umumnya orang enggan menjadi pengusaha karena takut akan bankrut, takut tertipu dan lain-lain. Intinya takut akan resiko yang akan dihadapi. Padahal sebenarnya, apapun yang kita lakukan pada dasarnya beresiko. Sebagai contoh: kita menyeberang jalan, tentu ada resiko tertabrak. Sebagai orang yang dikaruniai akal, tentu kita tidak akan menyeberang sembarangan. Begitu pula dengan menjadi pengusaha, resiko bisa kita minimalkan dengan manajemen yang baik. Jika kita tidak sanggup menanggung resiko besar, kita bisa memilih resiko yang lebih kecil. Dan memang lebih baik memulai dari sesuatu yang kecil
Umumnya orang enggan menjadi pengusaha karena takut akan bankrut, takut tertipu dan lain-lain. Intinya takut akan resiko yang akan dihadapi. Padahal sebenarnya, apapun yang kita lakukan pada dasarnya beresiko. Sebagai contoh: kita menyeberang jalan, tentu ada resiko tertabrak. Sebagai orang yang dikaruniai akal, tentu kita tidak akan menyeberang sembarangan. Begitu pula dengan menjadi pengusaha, resiko bisa kita minimalkan dengan manajemen yang baik. Jika kita tidak sanggup menanggung resiko besar, kita bisa memilih resiko yang lebih kecil. Dan memang lebih baik memulai dari sesuatu yang kecil
Yang
kedua adalah mengenai modal.
Banyak orang batal menjadi pengusaha karena tidak memiliki modal. Sesungguhnya modal itu penting tapi bukan yang utama. Yang utama adalah ide. Uang berapapun tidak akan menghasilkan keuntungan jika tidak memiliki ide. Saya bisa memberikan kepada Anda uang 1 milyar hari ini, tetapi jika Anda tidak punya ide usaha, maka uang itu akan habis pelan atau cepat. Sebaliknya jika seseorang memiliki ide, maka uang akan datang dengan sendirinya. Banyak pengusaha yang memulai tanpa modal sama-sekali, dan pada akhirnya perbankan berebut menawarkan modal kepadanya.
Banyak orang batal menjadi pengusaha karena tidak memiliki modal. Sesungguhnya modal itu penting tapi bukan yang utama. Yang utama adalah ide. Uang berapapun tidak akan menghasilkan keuntungan jika tidak memiliki ide. Saya bisa memberikan kepada Anda uang 1 milyar hari ini, tetapi jika Anda tidak punya ide usaha, maka uang itu akan habis pelan atau cepat. Sebaliknya jika seseorang memiliki ide, maka uang akan datang dengan sendirinya. Banyak pengusaha yang memulai tanpa modal sama-sekali, dan pada akhirnya perbankan berebut menawarkan modal kepadanya.
Untuk
memulai usaha, sekali lagi bukan modal uang yang dibutuhkan.
Pilihlah usaha yang tidak membutuhkan uang untuk memulainya. Kita bisa belajar dari para pedagang yang menjual cash tetapi membeli dengan bayar di belakang. Jadi tidak ada modal uang. Jika memang membutuhkan uang, sementara Anda tidak memiliki uang, pakailah uang orang lain. Cukup sederhana. Masalahnya tinggal bagaimana Anda menggunakan ‘modal’ yang diberikan Tuhan, tubuh dan akal Anda untuk memakai uang orang lain.
Pilihlah usaha yang tidak membutuhkan uang untuk memulainya. Kita bisa belajar dari para pedagang yang menjual cash tetapi membeli dengan bayar di belakang. Jadi tidak ada modal uang. Jika memang membutuhkan uang, sementara Anda tidak memiliki uang, pakailah uang orang lain. Cukup sederhana. Masalahnya tinggal bagaimana Anda menggunakan ‘modal’ yang diberikan Tuhan, tubuh dan akal Anda untuk memakai uang orang lain.
Modal yang kedua adalah keberanian.
Mulai dari sekarang, beranikan diri Anda untuk bermimpi. Mungkin ini agak aneh, tetapi dunia sudah membuktikan bahwa banyak penemuan ilmiah berdasarkan mimpi dan khayalan. Mobil-mobil sekarang ini berasal dari khayalan masa kecil. Ketika mimpi dan khayalan terwujud, kesuksesan sudah menanti di depan mata.
Mulai dari sekarang, beranikan diri Anda untuk bermimpi. Mungkin ini agak aneh, tetapi dunia sudah membuktikan bahwa banyak penemuan ilmiah berdasarkan mimpi dan khayalan. Mobil-mobil sekarang ini berasal dari khayalan masa kecil. Ketika mimpi dan khayalan terwujud, kesuksesan sudah menanti di depan mata.
Selanjutnya,
beranilah berbeda.
Ditengah pasar yang kompetitif, menjadi beda adalah hal yang penting. Jika Anda membuat sesuatu yang sama dengan kompetitor Anda, maka produk atau jasa Anda peluangnya berbagi dengan kompetitor Anda. Sesuatu yang berbeda adalah nilai tambah. Dengan berbeda, keuntungan akan lebih besar. Lihatlah sekeliling, apa yang menjadi masalah atau kebutuhan di sekitar Anda. Dengan demikian Anda akan memahami pasar sebelum meluncurkan produk atau jasa.
Ditengah pasar yang kompetitif, menjadi beda adalah hal yang penting. Jika Anda membuat sesuatu yang sama dengan kompetitor Anda, maka produk atau jasa Anda peluangnya berbagi dengan kompetitor Anda. Sesuatu yang berbeda adalah nilai tambah. Dengan berbeda, keuntungan akan lebih besar. Lihatlah sekeliling, apa yang menjadi masalah atau kebutuhan di sekitar Anda. Dengan demikian Anda akan memahami pasar sebelum meluncurkan produk atau jasa.
Jika
Anda sulit menemukan sebuah bisnis yang benar-benar baru, tidak perlu
kecil hati karena Anda bisa memilih bisnis yang masih memiliki prospek
pertumbuhan di masa mendatang. Salah satunya adalah bisnis di sektor
telekomunikasi. Anda tidak perlu berpikir untuk mendirikan operator baru
karena memang bukan itu ‘mainan’ yang tepat untuk pemula, namun
lihatlah rantai bisnis telekomunikasi dari hulu sampai hilir. Lihat juga bisnis yang terkait dengan sektor telekomunikasi ini, karena sesungguhnya mata rantai bisnis ini sangat panjang.
Selanjutnya
siapkan keberanian untuk memulai.
Makin cepat akan makin baik. Ibarat antrian, yang lebih dulu akan mendapatkan kesempatan lebih dulu. Buanglah keraguan Anda, karena jika Anda selalu ragu-ragu, maka Anda tidak akan pernah memulai, dan Anda tidak tahu apakah Anda akan berhasil atau gagal. Jika tidak pernah memulai, maka Anda tidak bisa belajar bagaimana menghindari kegagalan dan Anda juga sekaligus tidak pernah mengalami kesuksesan. Anda hanya akan terus berpikir, tanpa pernah mencoba untuk melakukan yang Anda pikirkan. Seorang senior kami di dg-community (sebuah komunitas pengusaha muda terbesar di Solo), Saudara Irsa Triadyaksa yang memiliki sebuah metode memulai yang sederhana.
"Kita tidak usah berpikir macam-macam, kita lakukan saja semudah kita buang air di WC. Kita tidak pernah memikirkan bagaimana cara memasuki WC, kita juga tidak pernah memikirkan bagaimana cara buang air, apakah dengan ritme atau tidak. Begitu saja terjadi dan selesai. Kita sukses buang air. Kita tidak pernah memikirkan apakah kita akan gagal dalam buang air, kan? Jika kita gagal buang air, kita tinggal makan pepaya. Gitu aja koq repot?"
Makin cepat akan makin baik. Ibarat antrian, yang lebih dulu akan mendapatkan kesempatan lebih dulu. Buanglah keraguan Anda, karena jika Anda selalu ragu-ragu, maka Anda tidak akan pernah memulai, dan Anda tidak tahu apakah Anda akan berhasil atau gagal. Jika tidak pernah memulai, maka Anda tidak bisa belajar bagaimana menghindari kegagalan dan Anda juga sekaligus tidak pernah mengalami kesuksesan. Anda hanya akan terus berpikir, tanpa pernah mencoba untuk melakukan yang Anda pikirkan. Seorang senior kami di dg-community (sebuah komunitas pengusaha muda terbesar di Solo), Saudara Irsa Triadyaksa yang memiliki sebuah metode memulai yang sederhana.
"Kita tidak usah berpikir macam-macam, kita lakukan saja semudah kita buang air di WC. Kita tidak pernah memikirkan bagaimana cara memasuki WC, kita juga tidak pernah memikirkan bagaimana cara buang air, apakah dengan ritme atau tidak. Begitu saja terjadi dan selesai. Kita sukses buang air. Kita tidak pernah memikirkan apakah kita akan gagal dalam buang air, kan? Jika kita gagal buang air, kita tinggal makan pepaya. Gitu aja koq repot?"
Kalaupun
ditengah perjalanan ada kegagalan, itu merupakan hal yang sangat biasa.
Dengan demikian kita memiliki pengalaman, anggap saja hal itu merupakan
biaya sekolah. Lebih baik
kita gagal di awal daripada gagal di akhir. Pendiri dan pemilik KFC,
telah gagal 19 kali untuk meyakinkan bahwa ayam gorengnya enak dan laku
sebelum akhirnya menemui jalan suksesnya. Begitu juga Puspo Wardoyo
gagal di tempat asalnya dan memulai usaha Ayam Bakar Wong Solo di Medan.
Jika
kita belum memiliki pengalaman saat memulai usaha, merupakan sesuatu
yang wajar. Pengalaman akan didapatkan seiring perjalanan usaha. Tidak
ada seseorang yang tiba-tiba ahli dalam bidang apapun, semuanya melalui
proses belajar. Sayangnya menjadi pengusaha tidak ada sekolahnya,
sehingga trial and error menjadi salah satu metode yang paling sering
digunakan. Jika Anda lulus maka kesuksesan yang Anda raih, jika belum
maka kesuksesan Anda akan tertunda. Kesuksesan seorang pengusaha
ditentukan oleh berapa kali ia lebih banyak bangun dari kegagalan.
Jika
sampai disini, masih ada keraguan untuk memulai usaha, saya khawatir
Anda belum memiliki mindset seorang pengusaha. Mindset adalah pola
pikir. Seorang pengusaha melihat kendala sebagai peluang. Ketika
orang-orang perkotaan memiliki budaya malas dan memiliki waktu terbatas
untuk mencuci, seorang pengusaha mendirikan usaha laundry. Dengan
mindset ini, seorang pengusaha bisa struggle dan survive. Mulai dari
sekarang rubahlah mindset Anda. Jika mindset ini sudah terbangun, maka
Anda akan memiliki banyak akal, berpikir tidak linier dan mampu
mengatasi segala masalah.
Lebih baik menjadi kepala semut daripada ekor gajah. Dengan menjadi
pengusaha, kita menjadi kepala, bukan ekor. Apakah kemudian badan kita
besar atau kecil, tentu tergantung bagaimana kita mengelola usaha kita.
Dengan makin majunya ilmu managemen, makin mudah mengelola manajemen
perusahaan. Jadi beranikan diri Anda menjadi kepala. (:



